Makalah
Psikologi Perkembangan
“
Perkembangan Fantasi dan Emosi Anak”
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per-
kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih
optimal dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor
genetik, lingkungan bio– fisiko – psiko – social dan perilaku. Proses yang unik
dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap
anak.
Selain
biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari
perkembangan anak. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya
akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran
anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori
Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara
pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael
Tomasello.
Anak
adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain
untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan
segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai
taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak
adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang
berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang
sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah
sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari
hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan
contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sobur
(1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap
dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Haditono
(dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang
membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain
itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi
anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik
dalam kehidupan bersama.
Pengertian
anak juga mencakup masa anak itu exist (ada). Hal ini untuk menghindari
keracunan mengenai pengertian anak dalam hubugannya dengan orang tua dan
pengertian anak itu sendiri setelah menjadi orang tua. Kasiram (1994),
mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang
mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan
totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap
fase perkembangannya. Dari latar belakang masalah diatas maka penyusun
membatasi isi makalah hanya sampai “Perkembangan Fantasi dan Emosi Anak”.
B.
Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar Belakang Makalah diatas, maka diuraikan perumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Apakah Pengertian Perkembangan?
2.
Apa yang dimaksud denagn fantasi dan bagaimana perkembanganya?
3.
Apa yang Dimaksud Emosi dan bagaimana Perkembangannya?
C.
Tujuan
Derdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui Pengertian perkembangan
2.
Mengetahui pengertian Fantasi dan perkembangannya Pada Anak
3.
Mengetahui Pengertian Emosi pada Anak
BAB
II
PERKEMBANGAN
FANTASI DAN EMOSI ANAK
A.
Pengertian Perkembangan
Mulanya
kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20 ini kata
perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaannya pertama-tama
dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di
samping kata perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua istilah itu
untuk maksud yang sama.
Istilah
“perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup
rumit dan kompleks. Untuk itu disini selaku pemakalah terlebih dahulu akan
membahas perbedaan perkembangan dan pertumbuhan.
Secara
sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai
“Long-term changes in a person’s growth feelings, patterns of thinking, social
relationships, and motor skills”. Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan
perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam
organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam
integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan
kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak
dipelajari.
Menurut
Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan
proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kwalitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga
tercakup konsep usia yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan
kematian.
Menurut
F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses
ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali”. Perkembangan
menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang
menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,
berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa yang
dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada
pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung
serangkai perubahan psykis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
Dalam
konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan (growth)
sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi,
sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002),
mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran
dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut
A.E. Sinolungan, (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu
yang dapat dihitung atau dapat diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
Sedangkan Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan
jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan
(multiplication) sel-sel.
Dengan
demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik
atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian
menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan “perkembangan” lebih menunjuk pada
kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.
Hurlock
(2002: 161) menjelaskan, salah satu karakteristik tugas perkembangan anak-anak
adalah berkaitan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Anak senang memuaskan
keingintahuannya dengan hal-hal baru yang berbeda dengan menjelajahinya. Anak
yang lebih besar ingin menjelajah lebih jauh dari lingkungannya rumah dan
lingkungan tetangga serta menjelajah daerah baru. Misalnya, rumah tua yang tak
terpakai, rumah baru yang sedang dibangun, akan membangkitkan minat anak. Anak
kota ingin menjelajah desa, sementara anak desa ingin menjelajah lingkungan
kota.
Karena
kegiatan menjelajah pada masa akhir kanak-kanak lebih senang bila dilakukan
bersama anak lain. Pada periode ini menjelajah menjadi aktivitas yang popular.
Popularitas menjelajah sebagai kegiatan bermain menimbulkan banyak kegiatan
rekreasi dari kelompok terorganisasi, seperti pramuka. Selain menjelajah,
kecenderungan rasa ingin tahu yang sangat tinggi dapat dipenuhi dengan
melakukan beberapa aktivitas lain, salah satunya adalah dengan membaca karya
sastra anak bergenre fantasi.
Banyak
ragam dan jenis permainan yang berkembang dari waktu ke waktu. Mulai dari
permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern. Tentu saja semua
itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak membahayakan bagi
perkembangan anak.
B.
Perkembangan Fantasi Anak
Salah
satu arti fantasi, menurut Webster's New World Dictionary (1986), sedikit
banyak berkaitan dengan serangkaian citra atau gambaran, seperti yang muncul
dalam lamunan, yang biasanya mengandung sejumlah hasrat yang tidak terpenuhi.
Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak ayal yang serba indah, serba cakap, serba
kuat (ideal). Cuma satu yang menjadi ganjalan, semuanya itu tidak realistis.
Tidak sesuai dengan kenyataan, dan dengan demikian, menyangkali kebenaran.
Fantasi
adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak
benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk
fantasi adalah imajinasi.
Fantasi
bisa juga merupakan sebuah genre yang menggunakan bentuk sihir dan supranatural
sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film. Genre
fantasi secara umum dibedakan dengan genre sains fiksi yang lebih bertemakan
ilmiah dan horor tentang hal yang mengerikan.
Fantasi
ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan
baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang
dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang. Fantasi
sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
·
Secara disadari, yaitu apabila individu
betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal seorang pelukis yang sedang
menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
·
Secara tidak disadari, yaitu bila
individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini
banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat
fantastis., sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta.
Misal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang
senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong.
Fantasi
berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan sesuatu yang sudah ada
tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan sesuatu yang baru.
1.
Macam-Macam Fantasi
Fantasi
umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian sering
dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin.
Fantasi
yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk atau jenis fantasi yang
menciptakan sesuatu. Fantasi model demikian banyak dimilki oleh seniman,
desainer juga anak-anak. Fantasi yang dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan
bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh fihak lain. Misal seorang yang
melihat film, orang ini dapat meliputi apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi
tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu, sehingga
dengan demikian fantasinya dituntun atau dipimpin oleh film tersebut.
Bila
dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas tiga fantasi yaitu
:
a).
Fantasi yang Mengabstraksi
Yaitu
cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada
bagian-bagian yang dihilangkan. Misal anak yang belum pernah melihat gurun
pasir, maka untuk menjelaskan maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu
lapangan. Bayangan lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan
gurun pasir tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak
bagian-bagian lapangan yang diabstrksikan. Dalam berfantasi gurun pasir
dibayangkan seperti lapangan, tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya, dan
tanahnya itu melulu pasir semua, bukan rumput.
b).
Fantasi yang Mendeterminasi
Yaitu
cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misal anak belum
pernah melihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing; maka kucing digunakan
sebagai bahan untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam berfantasi
harimau, dalam bayangan seperti kucing, tetapi bentuknya besar.
c).
Fantasi yang Mengombinasi
Yaitu
orang berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian-pengertian atau
bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. Misal berfantasi
tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tetapi badannya
badan ikan. Jadi adanya kombinasi dari kepala manusia badan ikan.Fantasi yang
mengombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misal ingin membuat rumah
dengan mengombinasikan rumah model eropa dengan atap model minangkabau.
Fantasi
bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain, fantasi lebih
bersifat subjektif. Dalam orang berfantasi bayang-bayang atau
tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam diri orang memegang peran yang sangat
penting. Bayangan yang ditimbulkan karena fantasi disebut bayangan fantasi.
Bayangan fantasi berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi
merupakan hasil dari persepsi, sedang bayangan fantasi adalah hasil dari
fantasi. Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau ke depan,
maka fantasi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan
fantasi pula orang dapat menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan,
sehingga dngan demikian akan menambah bahan bayangan yang ada pada individu.
Namun demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak mempunyai keburukan.
Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu
masuk dalam fantasi. Hal ini merupakan suatu bahaya, karena orang terbawa hidup
dalam alam yang tidak nyata. Fantasi juga dapat menimbulkan kedustaan, takhayul
dan sebagainya.
Untuk
anak-anak, fantasi adalah bagian penting dari kehidupan. Cerita-cerita
Anak-anak yang diceritakan dan permainan mereka mempengaruhi spiritual,
emosional, dan pertumbuhan mental mereka. Dalam bermain, anak-anak mengembangkan
pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, pengetahuan
mereka tentang dunia fisik, dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan
teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi materi dan dunia imajinasi
dan hubungan mereka kepada mereka. Melalui fantasi bermain, anak-anak belajar
dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Bermain
biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup refleksi
serius. Bermain adalah cara belajar yang membantu mengembangkan pendekatan
untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan aspek kunci dari banyak fantasi
bermain. Melalui bermain dan melalui proses keingintahuan dan kreativitas, anak
menguji segala macam asumsi dan gagasan tentang diri mereka sendiri, orang
lain, dan dunia. Orang Dewasa juga mendapatkan banyak pemahaman tentang dunia
melalui bermain. Bermain adalah sarana jiwa untuk dapat berkembang.
Banyak
permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang berlangsung
di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia. Pengalaman
menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain. Bermain dapat
digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing anak-anak untuk
mengembangkan kualitas positif.
C.
Perkembangan Emosi Anak
Uraian
berikutnya yaitu mengenai enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui
seorang anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar
perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan
konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan,
tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang
diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya
akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun
anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan
profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan / pada usia
berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana
pencapaiannya.
Berdasarkan
observasi cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf perkembangan emosi
yang mana seorang anak berada. Kemampuan mana yang sudah dikuasainya dengan
baik, mana yang membutuhkan penguatan dan mana yang sama sekali belum
berkembang. Pengamatan dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan
aktifitas sehari-hari. Pengamatan dimasukkan dalam daftar 'rating scale'
disertai umur pencapaiannya (untuk skor A). N-never (kemampuan tersebut tidak
pernah tampak), S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-always
(kemampuan tersebut selalu tampak) dan L-loses (kemampuan tersebut hilang saat
stress: lapar, marah, lelah, dll).
1.
Regulasi Diri dan Minat terhadap Lingkungan
Kemampuan
anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak
masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari
rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang
membuatnya tidak nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan
secara lebih bermakna. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menunjukkan
minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik
b)
Bisa tenang dan terfokus pada
sesuatu sedikitnya 2 menit
c)
Pulih dari kondisi tidak
menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
d)
Menunjukkan minat terhadap
pengasuh, tidak hanya terhadap benda
2.
Keakraban Keintiman
Kemampuan
anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan
penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya. Kemampuan yang
dimiliki:
a) Menunjukkan
respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit, vokalisasi, meraih
dan tingkah laku bertujuan yang lain)
b)
Menunjukkan respon terhadap
tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
c) Menunjukkan
respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan minat (misalnya dengan mengamati wajah)
d) Bisa
mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya (misalnya
dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat)
e) Menunjukkan
rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya 30 detik saat
bermain
f)
Memprotes dan mulai marah saat
frustrasi
g)
Pulih dari kondisi tidak
menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan
3.
Komunikasi Dua Arah
Kemampuan
anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi
(aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa
mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat
(berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya
berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif
memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menunjukkan
respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan (misalnya meraih
ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau berceloteh bila diajak
bicara)
b) Memulai
interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda, mengulurkan
tangan ingin digendong)
c) Menunjukkan
emosi akrab/kedekatan (balas memeluk, meraih ingin digendong bila tangan
terentang), kegembiraan dan kegairahan (tersenyum senang saat mengambil mainan
dari mulut anda dan memasukkannya ke mulutnya sendiri), rasa ingin tahu yang
asertif (menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan marah (mendorong
makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan yang diinginkan tidak
diberikan) , takut (membalik/menjauh, tampak ketakutan, menangis bila orang tak
dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba)
d)
Pulih dari rasa tidak senang dalam
10 menit dengan terlibat dalam interaksi social
4.
Komunikasi Kompleks
Kemampuan
anak untuk menciptakan komunikasi kompleks (sekitar 10 siklus), mengekspresikan
keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai
menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau
petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar
terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan
tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya
disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang
kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan keurutan logis. Kemampuan yang dimiliki:
a) Menutup
sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya memegang tangan
anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon terhadap pertanyaan
anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran gestural sampai anda membuka
pintu lemari es dan mengambil apa yang diinginkannya).
b) Menirukan
tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi ayah dan berjalan
berkeliling menunggu pujian).
c) Menutup
sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling
menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran) dan
komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara
dirinya dan pengasuh).
d)
Menutup sedikitnya 3 siklus
berkelanjutan saat merasakan emosi:
1) keakraban/kedekatan
(menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat mendekat ingin
dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima
telpon sungguhan),
2) kegembiraan
dan kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang seseorang
berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak
lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama),
3) rasa
ingin tahu yang asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan
komunikasi jarak jauh untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia bermain
atau bereksplorasi sendirian),
4) takut
(menyatakan minta dilindungi dengan berkata 'nggak' sambil lari ke belakang anda),
5)
marah (memukul, berteriak, membanting atau tiduran di lantai, atau memandang
dengan tatapan marah dan dingin),
6) pembatasan (mengerti dan berespon
positif terhadap 'tidak, berhenti!'
atau peringatan dengan jari atau
ekspresi marah
e)
Pulih dari rasa tidak senang
dengan meniru tingkah laku (membantingbanting
kaki
ke lantai atau membalas teriak bila dibentak).
5.
Ide Emosional
Kemampuan
anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan
emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura
yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan
harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang
berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian
simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas dan emosi dan ia belajar kemampuan
memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Kemampuan yang
dimiliki:
a) Bermain
pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait (mobil tabrakan,
memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura minum teh)
b) Menggunakan
kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2 ide sekaligus,
tidlak harus berhubungan ('nggak bobok, main')
c) Mengkomunikasikan
keinginan, intensi dan perasaannya dengan katakata, beberapa gestures
sekaligus, sentuhan (pelukan)
d) Bermain
permainan motorik dengan aturan yang sederhana (bergiliran melempar bola)
e) Menggunakan
bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi berikut dalam sedikitnya 6 ide:
1) keakraban/kedekatan
(boneka berkata,"peluk aku", dijawabnya "aku cium kamu"),
2)
kegembiraan dan kegairahan
(mengucapkan kata-kata lucu dan tertawa),
3) rasa
ingin tahu yang asertif (pura-pura menerbangkan pesawat berkeliling ruangan dan
mengatakan akan terbang ke bulan),
4) takut (boneka, takut suara bising dan
memanggil ibunya),
5)
marah (tentara-tentaraan saling
menembak dan jatuh),
6)
pembatasan (boneka mengikuti
aturan minum teh)
f) Pulih
dari rasa tidak senang dengan main pura-pura (pura-pura makan kue yang tidak
boleh dimakannya).
6.
Berfikir Emosional
Kemampuan
anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara
logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam
bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep
ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki
pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap
belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Kemampuan
yang dimiliki:
a)
Bermain pura-pura dengan
mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
kadang-kadang
ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan,
dengan cara terbang cepat sekali)
b) Mengembangkan
ide bermain pura-pura orang dewasa (misalnya anak memasak sup, ditanya apa yang
dimasak, dijawabnya "batu-batu dan ranting-ranting")
c) Berbicara
dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik ("nggak mau
tidur, mau nonton tv")
d) Menutup
sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal ("mau pergi ke luar" ditanya
kenapa, dijawabnya "mau main")
e) Berkomunikasi
secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi, keinginan,
kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures (pura-pura jadi anjing
yang marah) dan sentuhan (sering memeluk sebagai bagian dari drama ketika anak
menjadi ayah)
f) Bermain motorik dan spasial dengan
aturan (bergantian meluncur)
g) Menggunakan
permainan pura-pura atau kata-kata untuk mengkomunikasikan sedikitnya 2 ide
yang terkait secara logis mengenai emosi:
1)
kedekatan (boneka terluka, ibu mengobati),
2)
kegembiraan dan kegairahan (mengatakan istilah 'kamar mandi' lalu tertawa),
3)
rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari putri yang
hilang),
4)
takut (monster menakut-nakuti anak kecil),
5)
marah (tentara yang baik melawan yang jahat),
6)
pembatasan (tentara hanya boleh memukul orang jahat karena peraturan)
h) Pulih
dari rasa tidak senang dengan bermain pura-pura yang memiliki keurutan logis,
kadang mengisyaratkan cara menghadapi masalah (misalnya, anak menjadi guru yang
sok mengatur kelas).
7.
Garis Pedoman Umum untuk
Merangsang Perkembangan Emosi Anak
a) Tenangkan
anak, terutama saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut
tetapi erat, intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat. Jangan tegang
atau kuatir karena hal tersebut akan dirasakan oiehnya dan semakin membuatnya
tidak tenang.
b) Cari
cara interaksi yang bisa memancing keterlibatan; ekspresi wajah, bunyi,
sentuhan, dll. Perhatikan profil sensoriknya.
c) Cari
berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang
paling disukainya.
d) 'Bacalah'
dan berespon terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan
namun ada juga saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri. Ikuti apa yang
diinginkannya, jangan memaksakan 'agenda' kita.
e)
Tunjukkan kegembiraan, antusiasme
dan gairah dalam berinteraksi
f) Doronglah
anak untuk melangkah ke tahap perkembangan berikutnya; mengambil inisiatif,
memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas
dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)
g)
Jangan terlalu/kurang menstimulasi
dan memancing interaksi
h) Jangan terlalu mengontrolnya, ikuti
pola dan keinginan anak
i) Jangan
terlalu konkrit dalam bermain padahal ia sudah beralih ke tahap yang lebih
abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya’
j) Jangan
menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga
menghadapinya.
k) Jangan
mundur bila anak bereaksi emosi keras, tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi
tenangkan dia.
Terdapat
beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai
penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada suasana
yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah;
takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang
berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya,
misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa,
baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per-
kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih
optimal dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor
genetik, lingkungan bio– fisiko – psiko – social dan perilaku. Proses yang unik
dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap
anak.
Perkembangan
adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan semakin
membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psykis yang
berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu.
Salah
satu arti fantasi, menurut Webster's New World Dictionary (1986), sedikit
banyak berkaitan dengan serangkaian citra atau gambaran, seperti yang muncul
dalam lamunan, yang biasanya mengandung sejumlah hasrat yang tidak terpenuhi.
Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak ayal yang serba indah, serba cakap, serba
kuat (ideal). Cuma satu yang menjadi ganjalan, semuanya itu tidak realistis.
Tidak sesuai dengan kenyataan, dan dengan demikian, menyangkali kebenaran.
Fantasi
ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan
baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang
dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang.
Pengalaman
emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan
koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di
kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih
awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan
kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai
tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan
kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa
mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan pada usia berapa tercapainya bukan
merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
B.
Saran
Dilihat
dari makalah Diatas, maka telah kita ketahui bersama bahwasanya anak dalam
setiap perkembangannya membutuhkan bimbingan, apabila anak dalam pertumbuhannya
tidak dibimbing maka anak itu tidak akan terkontrol baik fantasi maupun
emosinya.
Sebagai
seorang calon Guru kita semua patut mengetahui cirri-ciri dan perkembangan anak
sehingga kita dapat memantau setiap jengkal pertumnuhan dab perkembangannya
baik fantasinya maupun emosinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Stanley
I Greenspan dan Serena Wieder (1998): The Child with Special Needs,
Cambridge,
Massachusetts, Perseus Publishing. Bandung, 25 Agustus 2001
Siti
Rahayu Haditono. Monks, FJ. Knoers, AMP, Psikologi Perkembangan, pengantar
dalam berbagai bagiannya, Gajah mada University Press, Yogyakarta, 2004
Elizabeth
B Hurlock, Perkembangan Anak jilid II, Erlangga, Jakarta, Tanpa tahun
Paul
Herry Mussen. John Janeway Chonger. Jerome Kagan. Aletha Carol Huston,
Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga, Tanpa tahun
Suharnan,
Prof. Dr. MS, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya, 2005
M.
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : CV. Pedoman
Ilmu Jaya, 2001, cet. III, hlm. 133.
http://health.groups.yahoo.com/group/AyoMain/files/
www.ayomain.org
Diposkan
oleh Dewi Nurhayati di 21.27
http://wiedta.blogspot.com/2010/12/bab-i-pendahuluan.html
No comments:
Post a Comment