Wednesday, September 18, 2013

Makalah Psikologi Perkembangan “ Perkembangan Fantasi dan Emosi Anak”



Makalah Psikologi Perkembangan
“ Perkembangan Fantasi dan Emosi Anak”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih optimal dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio– fisiko – psiko – social dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
            Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan anak. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello.
            Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
            Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Haditono (dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.
            Pengertian anak juga mencakup masa anak itu exist (ada). Hal ini untuk menghindari keracunan mengenai pengertian anak dalam hubugannya dengan orang tua dan pengertian anak itu sendiri setelah menjadi orang tua. Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya. Dari latar belakang masalah diatas maka penyusun membatasi isi makalah hanya sampai “Perkembangan Fantasi dan Emosi Anak”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar Belakang Makalah diatas, maka diuraikan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian Perkembangan?
2. Apa yang dimaksud denagn fantasi dan bagaimana perkembanganya?
3. Apa yang Dimaksud Emosi dan bagaimana Perkembangannya?
C. Tujuan
Derdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian perkembangan
2. Mengetahui pengertian Fantasi dan perkembangannya Pada Anak
3. Mengetahui Pengertian Emosi pada Anak



BAB II
PERKEMBANGAN FANTASI DAN EMOSI ANAK

A. Pengertian Perkembangan
            Mulanya kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20 ini kata perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaannya pertama-tama dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di samping kata perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua istilah itu untuk maksud yang sama.
            Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Untuk itu disini selaku pemakalah terlebih dahulu akan membahas perbedaan perkembangan dan pertumbuhan.
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-term changes in a person’s growth feelings, patterns of thinking, social relationships, and motor skills”. Sementara itu, Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
            Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kwalitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
            Menurut F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali”. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psykis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
            Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan. Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E. Sinolungan, (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau dapat diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
            Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.
            Hurlock (2002: 161) menjelaskan, salah satu karakteristik tugas perkembangan anak-anak adalah berkaitan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Anak senang memuaskan keingintahuannya dengan hal-hal baru yang berbeda dengan menjelajahinya. Anak yang lebih besar ingin menjelajah lebih jauh dari lingkungannya rumah dan lingkungan tetangga serta menjelajah daerah baru. Misalnya, rumah tua yang tak terpakai, rumah baru yang sedang dibangun, akan membangkitkan minat anak. Anak kota ingin menjelajah desa, sementara anak desa ingin menjelajah lingkungan kota.
            Karena kegiatan menjelajah pada masa akhir kanak-kanak lebih senang bila dilakukan bersama anak lain. Pada periode ini menjelajah menjadi aktivitas yang popular. Popularitas menjelajah sebagai kegiatan bermain menimbulkan banyak kegiatan rekreasi dari kelompok terorganisasi, seperti pramuka. Selain menjelajah, kecenderungan rasa ingin tahu yang sangat tinggi dapat dipenuhi dengan melakukan beberapa aktivitas lain, salah satunya adalah dengan membaca karya sastra anak bergenre fantasi.
Banyak ragam dan jenis permainan yang berkembang dari waktu ke waktu. Mulai dari permainan tradisional hingga permainan berteknologi modern. Tentu saja semua itu memerlukan kontrol dan seleksi dari orang tua agar tidak membahayakan bagi perkembangan anak.
B. Perkembangan Fantasi Anak
Salah satu arti fantasi, menurut Webster's New World Dictionary (1986), sedikit banyak berkaitan dengan serangkaian citra atau gambaran, seperti yang muncul dalam lamunan, yang biasanya mengandung sejumlah hasrat yang tidak terpenuhi. Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak ayal yang serba indah, serba cakap, serba kuat (ideal). Cuma satu yang menjadi ganjalan, semuanya itu tidak realistis. Tidak sesuai dengan kenyataan, dan dengan demikian, menyangkali kebenaran.
Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.
            Fantasi bisa juga merupakan sebuah genre yang menggunakan bentuk sihir dan supranatural sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film. Genre fantasi secara umum dibedakan dengan genre sains fiksi yang lebih bertemakan ilmiah dan horor tentang hal yang mengerikan.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
·         Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misal seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya.
·         Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntun oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis., sekalipun tidak ada niat atau maksud dari anak untuk berdusta. Misal seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan yang senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong.
Fantasi berbeda dengan berpikir, bila berpikir adalah menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, sementara fantasi mencipatakan sesuatu yang baru.
1. Macam-Macam Fantasi
            Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian sering dibedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin.
Fantasi yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan sesuatu. Fantasi model demikian banyak dimilki oleh seniman, desainer juga anak-anak. Fantasi yang dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh fihak lain. Misal seorang yang melihat film, orang ini dapat meliputi apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntun atau dipimpin oleh film tersebut.
Bila dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dibedakan atas tiga fantasi yaitu :
a). Fantasi yang Mengabstraksi
            Yaitu cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misal anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu lapangan. Bayangan lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan gurun pasir tersebut. Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak bagian-bagian lapangan yang diabstrksikan. Dalam berfantasi gurun pasir dibayangkan seperti lapangan, tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya, dan tanahnya itu melulu pasir semua, bukan rumput.
b). Fantasi yang Mendeterminasi
            Yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misal anak belum pernah melihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing; maka kucing digunakan sebagai bahan untuk memberikan pengertian tentang harimau. Dalam berfantasi harimau, dalam bayangan seperti kucing, tetapi bentuknya besar.
c). Fantasi yang Mengombinasi
            Yaitu orang berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu yang bersangkutan. Misal berfantasi tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tetapi badannya badan ikan. Jadi adanya kombinasi dari kepala manusia badan ikan.Fantasi yang mengombinasi inilah yang banyak digunakan orang. Misal ingin membuat rumah dengan mengombinasikan rumah model eropa dengan atap model minangkabau.
            Fantasi bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa yang lain, fantasi lebih bersifat subjektif. Dalam orang berfantasi bayang-bayang atau tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam diri orang memegang peran yang sangat penting. Bayangan yang ditimbulkan karena fantasi disebut bayangan fantasi. Bayangan fantasi berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi merupakan hasil dari persepsi, sedang bayangan fantasi adalah hasil dari fantasi. Oleh karena dengan kekuatan fantasi orang dapat menjangkau ke depan, maka fantasi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan fantasi pula orang dapat menambah bayangan-bayangan atau tanggapan-tanggapan, sehingga dngan demikian akan menambah bahan bayangan yang ada pada individu. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa fantasi itu tidak mempunyai keburukan. Keburukannya ialah dengan fantasi orang dapat meninggalkan alam kenyataan, lalu masuk dalam fantasi. Hal ini merupakan suatu bahaya, karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata. Fantasi juga dapat menimbulkan kedustaan, takhayul dan sebagainya.
            Untuk anak-anak, fantasi adalah bagian penting dari kehidupan. Cerita-cerita Anak-anak yang diceritakan dan permainan mereka mempengaruhi spiritual, emosional, dan pertumbuhan mental mereka. Dalam bermain, anak-anak mengembangkan pemahaman mereka terhadap diri mereka sendiri dan orang lain, pengetahuan mereka tentang dunia fisik, dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa. Mereka mengeksplorasi materi dan dunia imajinasi dan hubungan mereka kepada mereka. Melalui fantasi bermain, anak-anak belajar dan berkembang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Bermain biasanya menyenangkan, tetapi juga mungkin kadang-kadang mencakup refleksi serius. Bermain adalah cara belajar yang membantu mengembangkan pendekatan untuk bertindak. Eksplorasi juga merupakan aspek kunci dari banyak fantasi bermain. Melalui bermain dan melalui proses keingintahuan dan kreativitas, anak menguji segala macam asumsi dan gagasan tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Orang Dewasa juga mendapatkan banyak pemahaman tentang dunia melalui bermain. Bermain adalah sarana jiwa untuk dapat berkembang.
Banyak permainan anak-anak yang mencerminkan proses-proses psikologis yang berlangsung di dalam kesadaran mereka sendiri dan perkembangan dunia. Pengalaman menyedihkan seorang anak dapat menampakkan diri dalam bermain. Bermain dapat digunakan sebagai bentuk terapi untuk membantu membimbing anak-anak untuk mengembangkan kualitas positif.
C. Perkembangan Emosi Anak
            Uraian berikutnya yaitu mengenai enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan / pada usia berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
            Berdasarkan observasi cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf perkembangan emosi yang mana seorang anak berada. Kemampuan mana yang sudah dikuasainya dengan baik, mana yang membutuhkan penguatan dan mana yang sama sekali belum berkembang. Pengamatan dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan aktifitas sehari-hari. Pengamatan dimasukkan dalam daftar 'rating scale' disertai umur pencapaiannya (untuk skor A). N-never (kemampuan tersebut tidak pernah tampak), S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-always (kemampuan tersebut selalu tampak) dan L-loses (kemampuan tersebut hilang saat stress: lapar, marah, lelah, dll).
1. Regulasi Diri dan Minat terhadap Lingkungan
            Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman. Dengan demikian ia tidak bisa memperhatikan lingkungan secara lebih bermakna. Kemampuan yang dimiliki:
a)         Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik
b)         Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit
c)         Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan
d)         Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda
2. Keakraban Keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta. Pengasuh merupakan hal terpenting dalam dunianya. Kemampuan yang dimiliki:
a)         Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh (dengan senyum, kerenyit, vokalisasi, meraih dan tingkah laku bertujuan yang lain)
b)         Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa senang yang nyata
c)         Menunjukkan respon terhadap tawaran pengasuh dengan rasa ingin tahu dan minat  (misalnya dengan mengamati wajah)
d)         Bisa mengantisipasi bahwa benda yang ada jadi hilang dari pandangannya (misalnya dengan tersenyum atau berceloteh untuk menunjukkan minat)
e)         Menunjukkan rasa tidak suka bila didiamkan/tidak direspon selama sedikitnya 30 detik saat bermain
f)         Memprotes dan mulai marah saat frustrasi
g)         Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 15 menit dengan bantuan
3. Komunikasi Dua Arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif. Kemampuan yang dimiliki:
a)         Menunjukkan respon terhadap gestures pengasuh dengan gestures bertujuan (misalnya meraih ingin digendong bila tangan kita terentang, menatap atau berceloteh bila diajak bicara)
b)         Memulai interaksi dengan pengasuh (misalnya memegang hidung/rambut anda, mengulurkan tangan ingin digendong)
c)         Menunjukkan emosi akrab/kedekatan (balas memeluk, meraih ingin digendong bila tangan terentang), kegembiraan dan kegairahan (tersenyum senang saat mengambil mainan dari mulut anda dan memasukkannya ke mulutnya sendiri), rasa ingin tahu yang asertif (menyentuh dan mengelus rambut anda), protes dan marah (mendorong makanan di atas meja sampai jatuh, menjerit bila mainan yang diinginkan tidak diberikan) , takut (membalik/menjauh, tampak ketakutan, menangis bila orang tak dikenal mendekatinya terlalu tiba-tiba)
d)         Pulih dari rasa tidak senang dalam 10 menit dengan terlibat dalam interaksi social
4. Komunikasi Kompleks
            Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks (sekitar 10 siklus), mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis. Kemampuan yang dimiliki:
a)         Menutup sedikitnya 10 siklus komunikasi secara berkelanjutan (misalnya memegang tangan anda. menuntun ke lemari es, menunjuk, berceloteh, berespon terhadap pertanyaan anda dengan celoteh dan gestures, meneruskan pertukaran gestural sampai anda membuka pintu lemari es dan mengambil apa yang diinginkannya).
b)         Menirukan tingkah laku pengasuh dengan bertujuan (misalnya memakai topi ayah dan berjalan berkeliling menunggu pujian).
c)         Menutup sedikitnya 10 siklus dengan vokalisasi atau kata, ekspresi wajah, saling menyentuh/memeluk, bergerak dalam ruang, aktifitas motorik (kejarkejaran) dan komunikasi dengan jarak yang jauh (di ruangan yang luas ada jarak antara dirinya dan pengasuh).
d)         Menutup sedikitnya 3 siklus berkelanjutan saat merasakan emosi:
1)         keakraban/kedekatan (menunjukkan ekspresi wajah, gestures dan vokalisasi saat mendekat ingin dipeluk, dicium, atau menirukan bicara di telpon mainannya saat anda menerima telpon sungguhan),
2)         kegembiraan dan kegairahan (menunjukkan vokalisasi dan tatapan untuk mengundang seseorang berbagi kegairahan mengenai sesuatu yang menarik, berbagi guyonan dengan anak lain atau orang dewasa dengan tertawa bersama),
3)         rasa ingin tahu yang asertif (bereksplorasi sendiri, menggunakan kemampuan komunikasi jarak jauh untuk merasakan kedekatan dengan anda saat ia bermain atau bereksplorasi sendirian),
4)         takut (menyatakan minta dilindungi dengan berkata 'nggak' sambil lari ke  belakang anda),
5)         marah (memukul, berteriak, membanting atau tiduran di lantai, atau memandang dengan tatapan marah dan dingin),
6)         pembatasan (mengerti dan berespon positif terhadap 'tidak, berhenti!'
atau peringatan dengan jari atau ekspresi marah
e)         Pulih dari rasa tidak senang dengan meniru tingkah laku (membantingbanting
kaki ke lantai atau membalas teriak bila dibentak).
5. Ide Emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Kemampuan yang dimiliki:
a)         Bermain pura-pura dengan sedikitnya 2 ide yang bisa saja belum terkait (mobil tabrakan, memuat batu di mobil itu, memeluk boneka kemudian pura-pura minum teh)
b)         Menggunakan kata-kata, gambar, gestures untuk mengungkapkan sedikitnya 2 ide sekaligus, tidlak harus berhubungan ('nggak bobok, main')
c)         Mengkomunikasikan keinginan, intensi dan perasaannya dengan katakata, beberapa gestures sekaligus, sentuhan (pelukan)
d)         Bermain permainan motorik dengan aturan yang sederhana (bergiliran melempar bola)
e)         Menggunakan bermain pura-pura untuk mengkomunikasikan emosi berikut dalam sedikitnya 6 ide:
1)         keakraban/kedekatan (boneka berkata,"peluk aku", dijawabnya "aku cium kamu"),
2)         kegembiraan dan kegairahan (mengucapkan kata-kata lucu dan tertawa),
3)         rasa ingin tahu yang asertif (pura-pura menerbangkan pesawat berkeliling ruangan dan mengatakan akan terbang ke bulan),
4)         takut (boneka, takut suara bising dan memanggil ibunya),
5)         marah (tentara-tentaraan saling menembak dan jatuh),
6)         pembatasan (boneka mengikuti aturan minum teh)
f)         Pulih dari rasa tidak senang dengan main pura-pura (pura-pura makan kue yang tidak boleh dimakannya).



6. Berfikir Emosional
            Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Kemampuan yang dimiliki:
a)         Bermain pura-pura dengan mengkaitkan sedikitnya 2 ide secara logis, walau
kadang-kadang ide itu sendiri tidak realistik (misalnya dengan mobil berkunjung ke bulan, dengan cara terbang cepat sekali)
b)         Mengembangkan ide bermain pura-pura orang dewasa (misalnya anak memasak sup, ditanya apa yang dimasak, dijawabnya "batu-batu dan ranting-ranting")
c)         Berbicara dengan ide-ide yang saling terkait secara logis dan realistik ("nggak mau tidur, mau nonton tv")
d)         Menutup sedikitnya 2 siklus konunikasi verbal ("mau pergi ke luar" ditanya kenapa, dijawabnya "mau main")
e)         Berkomunikasi secara logis, mengaitkan sedikitnya 2 ide mengenai intensi, keinginan, kebutuhan, perasaan dengan kata-kata, beberapa gestures (pura-pura jadi anjing yang marah) dan sentuhan (sering memeluk sebagai bagian dari drama ketika anak menjadi ayah)
f)         Bermain motorik dan spasial dengan aturan (bergantian meluncur)
g)         Menggunakan permainan pura-pura atau kata-kata untuk mengkomunikasikan sedikitnya 2 ide yang terkait secara logis mengenai emosi:
1) kedekatan (boneka terluka, ibu mengobati),
2) kegembiraan dan kegairahan (mengatakan istilah 'kamar mandi' lalu tertawa),
3) rasa ingin tahu yang asertif ( tentara yang baikditugaskan mencari putri yang hilang),
4) takut (monster menakut-nakuti anak kecil),
5) marah (tentara yang baik melawan yang jahat),
6) pembatasan (tentara hanya boleh memukul orang jahat karena peraturan)
h)         Pulih dari rasa tidak senang dengan bermain pura-pura yang memiliki keurutan logis, kadang mengisyaratkan cara menghadapi masalah (misalnya, anak menjadi guru yang sok mengatur kelas).
7.         Garis Pedoman Umum untuk Merangsang Perkembangan Emosi Anak
a)         Tenangkan anak, terutama saat ia marah atau tidak senang, dengan memeluk hangat, lembut tetapi erat, intonasi yang ritmis dan kontak mata yang hangat. Jangan tegang atau kuatir karena hal tersebut akan dirasakan oiehnya dan semakin membuatnya tidak tenang.
b)         Cari cara interaksi yang bisa memancing keterlibatan; ekspresi wajah, bunyi, sentuhan, dll. Perhatikan profil sensoriknya.
c)         Cari berbagai pendekatan, eksplorasilah bersama-sama sampai menemukan cara mana yang paling disukainya.
d)         'Bacalah' dan berespon terhadap sinyal emosi anak, ada saat ia membutuhkan kedekatan namun ada juga saat ia ingin menjadi lebih asertif dan mandiri. Ikuti apa yang diinginkannya, jangan memaksakan 'agenda' kita.
e)         Tunjukkan kegembiraan, antusiasme dan gairah dalam berinteraksi
f)         Doronglah anak untuk melangkah ke tahap perkembangan berikutnya; mengambil inisiatif, memecahkan masalah, bermain pura-pura, membahasakan emosi, menghadapi realitas dan bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (konsekuen)
g)         Jangan terlalu/kurang menstimulasi dan memancing interaksi
h)         Jangan terlalu mengontrolnya, ikuti pola dan keinginan anak
i)          Jangan terlalu konkrit dalam bermain padahal ia sudah beralih ke tahap yang lebih abstrak, ikuti pola berpikir dan imajinasinya’
j)          Jangan menghindari area emosi yang tidak disukainya, supaya anak belajar juga menghadapinya.
k)         Jangan mundur bila anak bereaksi emosi keras, tetaplah pada tujuan (konsisten) tetapi tenangkan dia.
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah; takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih optimal dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio– fisiko – psiko – social dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psykis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu.
Salah satu arti fantasi, menurut Webster's New World Dictionary (1986), sedikit banyak berkaitan dengan serangkaian citra atau gambaran, seperti yang muncul dalam lamunan, yang biasanya mengandung sejumlah hasrat yang tidak terpenuhi. Hal-hal yang muncul dalam fantasi tak ayal yang serba indah, serba cakap, serba kuat (ideal). Cuma satu yang menjadi ganjalan, semuanya itu tidak realistis. Tidak sesuai dengan kenyataan, dan dengan demikian, menyangkali kebenaran.
Fantasi ialah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan yang mendatang.
Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan pada usia berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya.
B. Saran
Dilihat dari makalah Diatas, maka telah kita ketahui bersama bahwasanya anak dalam setiap perkembangannya membutuhkan bimbingan, apabila anak dalam pertumbuhannya tidak dibimbing maka anak itu tidak akan terkontrol baik fantasi maupun emosinya.
Sebagai seorang calon Guru kita semua patut mengetahui cirri-ciri dan perkembangan anak sehingga kita dapat memantau setiap jengkal pertumnuhan dab perkembangannya baik fantasinya maupun emosinya.













DAFTAR PUSTAKA

Stanley I Greenspan dan Serena Wieder (1998): The Child with Special Needs,
Cambridge, Massachusetts, Perseus Publishing. Bandung, 25 Agustus 2001
Siti Rahayu Haditono. Monks, FJ. Knoers, AMP, Psikologi Perkembangan, pengantar dalam berbagai bagiannya, Gajah mada University Press, Yogyakarta, 2004
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak jilid II, Erlangga, Jakarta, Tanpa tahun
Paul Herry Mussen. John Janeway Chonger. Jerome Kagan. Aletha Carol Huston, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga, Tanpa tahun
Suharnan, Prof. Dr. MS, Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya, 2005
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2001, cet. III, hlm. 133.
http://health.groups.yahoo.com/group/AyoMain/files/
www.ayomain.org
Diposkan oleh Dewi Nurhayati di 21.27
http://wiedta.blogspot.com/2010/12/bab-i-pendahuluan.html

No comments:

Post a Comment